Jumat, 25 Oktober 2013

Bersyukurlah...

Sore ini, pulang kerja saya menghadiri acara sembilan hari meninggalnya bukde seorang teman. Dalam perjalanan, saya melihat satu potret yang keren yang membuat saya sebagai seorang anak sedikit tersentuh. (hahahhaa, bahasa ne)...

Di depan motor saya ada sebuah truck dengan empat orang ibu setengah baya di dalamnya. Dari pengamatam saya, beliau-beliau ini baru pulang bekerja. Karena daerah yang saya lewati tersebut adalah central pembuatan batu bata, kemunkinan ibu -ibu ini baru saja mengantar pesanan batu bata. 

Saya sambil fokus mengendarai sepeda motor, sesekali memandang wajah ibu - ibu itu, wajah penuh guratan, guratan sisa - sisa kekuatan dari seorang wanita hebat, yang mampu bekerja sekaligus mengurus rumah tangga, menjadi ibu terhebat untuk anak - anaknya. Ibu - ibu itu menikmati semilir angin, sekali mengusap wajahnya yang tidak berkeringat dengan menggunakan jilbabnya. Tatapan kosong seorang ibu mengarah ke saya, tepat sekali.  Yang membuat saya teringat sesuatu, teringat percakapan saya beberapa jam sebelumnya dengan abah dan mak membicarakan hal yg bisa dibilang sedikit mirip dengan potret yang saya temui sore ini.

Sepulang dari masjid, setelah sholat ashar abah mengatakan,

"v yang paling penting untuk kita lakukan adalah, berpikir positif, dan bersyukur dengan apa yang kita alami hari ini..."

Entah apa yang dipikirkan abah, memang beliau setelah pulang dari masjid, sering memberi kami, anak2 nya nasihat, mungkin kalimat tersebut beliau dapat setelah bermuhasabah di masjid tadi. Saya hanya mengangguk. Setelah beberapa kalimat dari abah dan mak saya mengatakan,

" Ini pernah juga saya katakan kepada mak saat saya menemani mak membeli ayam di tempat pemotongan. Saya benar - benar bersyukur dengan apa adanya saya sekarang, saya benar - benar bersyukur Allah mentakdirkan saya hidup di dunia bukan sebagai orang yang bekerja di tempat pemotongan ayam. Sungguh saya tidak mampu, masuk ke dalamnya saja saya harus menutup hidung dan tidak betah berlama lama di dalamnya. Apalagi harus berintraksi langsung, memegang ayam yang sudah mati penuh darah dan seharian bekerja seperti itu. Apalagi saya melihat si mbak - mbak sesekali mengaduh menahan perih tangannya yang sudah memutih terlalu lama berendam di air dan terluka. Saya benar tidak mampu."

Abah melanjutkan, "Kamu juga harus lebih lebih bersykur, coba kamu pergi ke proyek bendungan di sana.  Lihat ibu - ibu di proyek bendungan itu, mereka dari pagi sampai sore bekerja di tengah - tengah proyek memindahkan batu - batu besar kemudian memecahnya menjadi pecahan kecil. Bayangkan kalau ibu - ibu itu adalah orang tuamu???? melihatnya saja kamu tidak akan tega."

Saya langsung menyerengit, benar- benar tidak bisa membayangkan itu semua. Tidak bisa membayangkan mak atau abah yang bekerja memecah batu besar di tengah terik matahari. Abah bekerja sebagai montir sepeda motor dan mak dulu sebagai pembuat kue saja saya sudah malu minta uang jajan, malu minta dibelikan sepatu baru, malu untuk tidak membantu sedikit saja. Apalagi membayangkan beliau berada di tengah proyek bendungan sebagai buruh kasar di sana??? Astagfirullah...

" Maka ni'mat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? " (QS. Arrahman)

Bukan saya merendahkan profesi-profesi tersebut, sungguh... Saya justru salut, karena saya sendiri tidak mampu melakukannya.

Saya benar - benar memberikan penghargaan penuh kepada ibu - ibu, bapak - bapak diluar sana, apapun profesinya. Selama itu halal, berbanggalah....
Dan untuk anak - anak, apapun profesi orang tua saat ini, selama itu halal, bersyukurlah...

Ini juga yang pernah saya katakan kepada eyya (adik) saya... Saat berjalan - jalan setelah subuh.

"Eyya, cukup ini yang kamu syukrkan tentang hidup kita hari ini, Allah mentakdirkan kita hidup dekat dengan orang - orang yang membantu kita hidup menjadi manusia yang lebih baik. Dan memliki kesempatan bekerja di tempat yang baik, dan tidak perlu sulit mencarinya. Bayangkan jika kita dalam posisi orang - orang yang berada di lingkungan yang justru menjerumuskannya ke hal - hal yang buruk, harus terpaksa memilih pekerjaan yang dia sendiri tidak suka, dia sendiri berat melakukannya, apalagi kalau pekerjaannya melanggar hukum. Na'udzubillahimindzalik."

Kawan, cuman ingin bilang, mungkin dulu saat kita kecil tidak pernah terlintas akan profesi yang kita kerjakan sekarang, mungkin jauh sekali dengan cita - cita masa kecil ... Tapi apapun itu, selama itu halal, Bersyurlah... sungguh bersukurlah...  ^^"

Semoga bermafaat...

Keep our dream...
Keep our smile.... :D

3 komentar:

  1. subhanallah, post yg bermanfaat..itu juga salah satu surat favorit aku, Arrahman: Maka nikmat Tuhan kamu yg manakah yg kamu dustakan..
    jika kamu merasa sedih dan tidak bahagia, salah satu obatnya ya ini.."bersyukur", saat bersyukur Allah akan melipatkan nikmatnya (QS Ibrahim: 7)

    salam EPICENTRUM mampir lagi ya kakaak :p

    BalasHapus
  2. Iya... Sukka bangeet masa Ar-Rahman... Maha Benar Allah dgn segala firmaanNya... :D

    BalasHapus
  3. nice share. nice post. semoga bermanfaat bagi kita semua :)
    keep update!
    mobil terbaik

    BalasHapus

Tapaki blog ini, jangan lupa tinggalkan jejak.. ^^"....